Minggu, 01 Agustus 2010

Witing tresno jalaran soko kulino

Senin pagi yang cerah untuk memulai kuliah setelah tiga hari mendekam di kost. Dan akhirnya mentari pagi menampakkan wujudnya yang selama seminggu kemarin tertutup oleh kelabunya langit kota Jakarta.

Jam delapan kurang seperempat, kali ini adalah kuliah kewarganegaraan. Kuliah yang membosankan sebenarnya tapi yah mau gimana lagi. Di sini absensi adalah hal yang paling penting.

Aku mulai menyusuri jalan yang terbentang di atas lengkung biru kanopi menuju gedung D. Mata ini aku biarkan bebas menikmati kesegaran wajah–wajah penuh harapan para generasi muda dari seluruh penjuru negeri yang berjuang demi masa depan bangsa ini. Saat aku menaiki tangga masuk gedung, sepasang bola mata ini langsung menghentikan tariannya diantara hijau wangi rerumputan. kulihat punggung seorang cewek yang tak asing lagi. Berbalut jilbab coklat kesukaannya. dia duduk diberanda gedung. sendirian…..

Aku berjalan pelan menjauhinya, Semoga saja dia tak memanggilku. Tapi baru lima langkah kaki dari dirinya. Dia memanggil namaku diiringi Suara ketukan langkah sepatunya. Yang membuatku Terpaksa menghentikan langkah.

Djay…., aku ingin ngomong sesuatu denganmu”. Kutatap sepasang mata mungil miliknya. ada sesuatu yang terpendam.

“emmm...kebetulan sekali ada yg kuomongin juga sama kamu.”

Dia langsung meraih tangan kiriku, membawa ke suatu tempat yang belum kuketahui. Kucoba untuk mengimbangi langkahnya yang menuntun keluar menuju kebagian belakang gedung. Ada sebuah bangku kosong.

Kami duduk bersebelahan. Tangannya masih erat menggenggam tanganku.

Daun-daun mulai jatuh berguguran. Sebuah pemandangan yang cocok untuk pagi yang cerah ini. Yah.., memang ini sudah saatnya pohon-pohon mulai menjatuhkan daun di dahannya karena ini awal bulan November, akhir dari musim gugur menuju musim dingin.

Terdengar jelas desah nafas miliknya, mungkin dia sedang mengatur kata yang akan terucap dari bibir tipisnya. Desir angin berhembus pelan seolah mengiringi tarian dedaunan yang jatuh ke permukaan bumi.

Djay…., kemarin malam aku sudah putus dengan bimo”. aku langsung menatapnya. Kurasakan semakin erat genggaman tangannya, ada jeda diantara kita berdua.

Senyum kecil tergaris dari bibirku. Jiwa ini mulai menerawang jauh ke belakang mengurai memori tentang ketakutanku akan datangnya masa seperti detik ini.

Berawal dari kejadian yang terjadi setahun yang lalu, hari senin pagi awal bulan desember.

Sebuah paket kiriman kilat teronggok tepat di pintu depan tempat kost. Sebuah kardus berwarna coklat yang tertuliskan nama seorang cewek yang telah menghadirkan cinta untuk raga ini. Perpaduan antara rasa senang dan heran. Karena dia selama ini jarang memberikan sesuatu tanpa memberitahuku terlebih dahulu. Mungkin sebuah kejutan, pikirku.

Aku langsung membawanya ke dalam kamar. Perlahan aku mulai membuka kardus tersebut. Saat melihat isinya pandanganku langsung membias menatap kosong sebuah surat dan barang-barang yang sangat kukenal. Tanganku bergetar ketika perlahan mulai membuka surat tersebut.

[Djay….. maafkan atas keputusanku yang sepihak ini, tapi inilah jalan yang terbaik untuk kebaikan kita berdua. Sebaiknya kita mulai menjalani kehidupan kita masing-masing. Jalan kita berbeda. aku tidak sanggup lagi menjalani keadaan seperti ini. Sekali lagi maafkan atas keputusanku ini.

-yang akan selalu menyayangimu, Kayla-.]

Badanku lemas, diam terpaku menatap kosong kertas yang masih ada digenggaman. Kubiarkan jiwa melayang meninggalkan raga yang rapuh ini. Sesuatu mulai terasa menyerodok ingin keluar dari mata ini tapi kucoba tahan untuk tak keluar.

Kertas kulipat kembali dan kumasukkan kedalam kardus. Kurebahkan tubuh ke kasur, aku ingin bangun dari mimpi buruk ini, suara detak jarum jam terdengar jelas sekali di telinga. Kulirik jam yang ada tepat di samping.

Jam delapan lebih seperempat.

Aku harus kuliah, ada hal yang lebih penting dari cinta. Dan hal itulah yang membuatku berada di sini. Kucoba untuk bangkit berdiri tapi kurasakan raga ini memang benar-benar telah ditinggalkan oleh jiwanya. Tubuhku terbujur kaku tak berdaya.

“ayo, djay kamu adalah lelaki. Kamu harus bisa menghadapi keadaan seperti ini yang pasti akan terjadi juga cepat atau lambat. Ayo….. bangun kamu harus kuliah, ingat apa yang menyebabkan kamu ada disini”. Kurasakan ada sedikit semangat yang akhirnya dapat memaksa tubuh ini berangkat ke kampus walaupun dengan langkah terseok-seok.

Sudah seminggu lebih aku mengalami hari tergelap dalam hidupku. Teman sekostan sudah dapat memahami apa yang aku rasa tanpa bertanya. Mungkin disaat seperti inilah terasa sekali apa arti sebuah teman. Merekalah yang telah menghidupkan kembali semangat yang terkubur dalam relung raga ini. Merekalah yang menemani dikala sepi menyerang dan mengisi kekosongan yang ada.

Dan mungkin berawal dari rasa sakit ini, aku mulai mencerna salah satu nasehat dari temenku bahwa untuk mengobati rasa sakit remuknya hati ini adalah dengan hati yang baru. Yah, mungkin aku harus mulai membuka hati ini untuk yang lain.

Kuputuskan untuk memulai pencarian itu. Tapi ternyata tak mudah melakukannya jika kita hanya punya kehidupan di sekitar kampus ini. Ceweknya hanya ada 10% dari total populasi mahasiswa.

Ada banyak jalan menuju ke roma. Jangan putus asa.

Dan ternyata hal itu masih berlaku juga. Setelah dua puluh enam hari pencarian, mata ini akhirnya terusik oleh wajah mungil seorang cewek yang hampir pasti tiap hari selasa dan rabu berpapasan dengannya di lobi gedung D.

Setiap kali kumelihatnya, dia selalu memakai jilbab berwarna coklat senada dengan warna bola matanya. Dan mungkin mata miliknya itulah yang membuat mata ini betah ketika memandangnya. Wajahnya putih bersih dengan bibir tergaris indah kemerahan. Yah mungkin inilah obat dari sakit ini.

Kukumpulkan semua informasi tentang dia dari mata-mataku yang tersebar di seluruh penjuru kampus. Dan hanya dalam waktu satu minggu, kurasakan sudah ada cara yang dapat membuat diriku dikenal olehnya.

Namanya Marsha, yah nama yang indah. Anak kelas II-G akuntansi, kost di daerah pondok jaya dan yang terakhir ini yang mungkin akan membuat jalanku menjadi lebih mudah. Dia termasuk aktivis kampus dan kebetulan sekali sedang ada proyek di salah satu event besar di kampus ini. Untuk hal ini terpaksa aku harus meninggalkan ego apatisme-ku.

Langkah awal : aku harus (terpaksa) ikut interview pemilihan kepanitiaan event tersebut. Setelah membual di sesi wawancara, akhirnya aku dapat kepengurusan di bidang yang sama. Dan mulai saat itulah aku mulai dekat dengannya. Kami saling bertukar nomer ponsel dan ber-SMS-an ria.

Aku mulai dekat dengannya, tapi ternyata ada satu hal besar yang mengganjal. Ternyata dia sudah punya cowok, temen SMA-nya dulu yang sekarang kuliah di Trisakti. Tapi ‘sekali kita sudah bermain dengan api kita harus menyelesaikannya sampai akhir’-itulah filosofi yang ada dikostan. Maju terus pantang mundur, no heart-broken again. Never…

Pernah dengar pepatah jawa: “witing tresno jalaran soko kulino” rasa cinta itu bisa muncul perlahan-lahan walaupun tak pernah terlintas sedikitpun di benak kita jika kita sering bertemu. That’s my truf card in this love story. Dengan keadaan dia seperti sekarang ini aku harus memposisikan diri sebagai teman ngobrol yg membicarakan segala sesuatu khususnya yg ia sukai dan never talk about her feeling and her relationship. Aku berpikir di kampus aku mempunyai banyak waktu untuk bertemu secara langsung dengannya sedangkan dengan pacarnya minimal seminggu sekali baru bisa bertemu.

Tetapi ternyata waktu telah menyadarkanku atas kelabilan egoku. Kenapa bisa aku berpikir untuk merebut cewek orang lain? Apakah Ini hanya kepuasan belaka? Sebuah balas dendam karena aku mengalami kegagalan cinta? Memikirkannya aku jadi teringat sebuah prosa dari khalil gibran, dia berkata bahwa apabila engkau mencintai dengan berbagai tuntutan, maka sebaiknya engkau luluh bersama aliran sungai, menyanyikan lagu persembahan pada malam dengan selimut duka, karena cinta yang dipenuhi oleh nafsu hanya akan menggoreskan luka kepedihan.

Oleh karena itu pola pemikiranku berubah total, aku jadi berpikir ternyata menjalin hubungan tanpa ada perasaan cinta yang menggebu2 itu lebih menyenangkan. Aku bisa bersikap seperti aku apa adanya tanpa ada yang ditutupi, lebih bisa memendam amarah dan yang paling penting bagiku tak ada rasa cemburu yang beralasan. Itulah yang membuatku semakin nyaman dengan marsha. Mungkin hubungan semacam inilah yang sebenarnya aku butuhkan saat ini, jadi niat awalku untuk mencuri dia dari cowoknya kuurungkan.

Dan hal tersebut membuat tak terasa bahwa sudah hampir setahun aku mengenalnya. Doa kita untuk satu kelas di tingkat tigapun terkabul juga sehingga membuat kita semakin tambah dekat. Tapi kurasakan ternyata dengan cewek tuh susah untuk tak membicarakan tentang hal2 yang berhubungan dengan perasaan. Walaupun begitu masih bisa kuhindari untuk membicarakannya. Ketika dia mulai bercerita tentang hubungannya atau bertanya tentang kisah cintaku, aku hanya tersenyum atau mendengarkan awalnya dan langsung mengajaknya jalan untuk sekedar mencari makan atau jika ada uang lebih nonton di Bintaro Plaza. Oiya aku lupa kecuali kalo hal yg menyenangkan yang dia ceritakan aku pasti akan mendengarkannya sampai habis, walaupun terkadang ada sedikit rasa kecemburuan juga tapi aku bisa mengatasinya.

Aku tak mau menjadi orang ketiga yang merusak hubungannya sehingga waktu dia ada masalah dengan cowoknya aku hanya bisa berkata.

”kalian kan sudah dewasa, jadi bicarakanlah baik2. Jangan sampai kamu mengambil keputusan yang nanti kamu sesali akhirnya.”

Seperti malam itu, sabtu malam di bulan september yang seharusnya ceria. Marsha menelpon menyuruhku untuk datang ke kostnya sekarang juga ada yg ingin ia bagi. Yang membuatku tak kuasa untuk menolaknya adalah terdengar ia seperti terisak menangis. Saat berjalan kaki ke kostnya melewati gelapnya suasana kampus, benakku bertanya2 ada apa gerangan. Seharusnya dia bertemu dengan bimo dan ini sudah jam setengah sepuluh malam.

Sesampainya di depan teras kost, dia sudah menyiapkan secangkir hangat kopi mocca kesukaanku.

“Ada apa sha? Kok tumben malem2 nyuruh aku ke sini?”.

Dia tersenyum walaupun kurasakan sedikit dipaksakan,” minum dulu, djay. Sorry ya dah bikin kamu ngos2an ampe ke sini.”

Sebelum meminumnya, hal yang kusukai dari kopi mocca adalah menghirup uap hangat aromanya dan menggoyangkan warna coklat kental mocca tepat di bawah hidung, meniupnya sebentar dan meminumnya perlahan. Saat menikmatinya marsha tiba2 berkata,”Keliatanya aku lebih baik putus dengan bimo saja djay?”

Aku berhenti sejenak, hampir saja aku dibuat tersedak oleh minuman kesukaanku. Dengan susah payah aku menelannya bersama dengan kata2 marsha.

“lho..kok ??”

“Barusan bimo ke sini. Dia menanyakan kelanjutan hubungan kita, karena dia merasa selama ini dia merasa hambar sekali rasanya dan sudah tak ada greget lagi. Dia bukan bermaksud bahwa dia sudah bosan denganku malah katanya semakin sayang dan yakin denganku makanya dia ingin hubungan ini seperti layaknya orang dewasa menjalin hubungan percintaan. Kamu tau kan apa yg dia maksud orang dewasa itu, djay?”

Aku menggangguk,” jadi bagaimana menurutmu sebagai lelaki, menanggapi omongan bimo tadi?”

Aku langsung mengalihkan pandanganku ke cerahnya langit malam ini, bingung mau menjawab apa, lama berpikir untuk merangkai kata2 yang pas. Dan akhirnya kata2 itulah yang keluar dari mulutku.

”kalian kan sudah dewasa, jadi bicarakanlah baik2. Jangan sampai kamu mengambil keputusan yang nanti kamu sesali akhirnya.”

Dia tersenyum lagi tapi kali ini lebih lepas,”ihhh...kamu ini ya, djay. Gemes juga lama2 aku sama kamu. Pasti jawabannya itu itu mulu dari dulu kalo aku cerita tentang bimo.”

Aku hanya cengar-cengir,”habisnya bingung aku mau jawab apa. Paling susah emang kalo aku diajak ngomong soal pacaran, sha. Mending ngerjain laporan konsolidasi perusahaan masuk bursa efek. Tapi kan ada benernya juga omonganku, yang cuman bisa nyelesain kan kalian berdua.”

“iyee..iyee.”

“oiya sha, tadi aku habis download lagu dari akira jimbo satu album full. Keren. Warna musiknya beda gak seperti waktu di casiopea. Coba kamu dengerin.”

Seperti itulah gambaran ketika marsha mulai membicarakan hubungannya walaupun seberat apapun sebisa mungkin aku mengalihkan pembicaraan. Dan membuatnya kembali ceria.

“makasih ya, djay. Dah mau menemaniku malem ini”, ujarnya sambil menutup kembali pintu gerbang kost.

“oiya sha, jika bimo benar2 sayang dan serius sama kamu, seharusnya dia menjagamu sampai kamu menjadi yang sah buatnya.”

Dia tertegun mendengarnya. Ada jeda sebentar diantara kita, dia kemudian tersenyum,”nahh, itulah kata2 yang aku tunggu2 dari kamu, djay. dan itu sama dengan yang ada di benakku.”

Selama perjalanan aku terheran2 dengan omonganku tadi kok bisa keluar begitu saja. Aduhhh...bisa berabe nih urusan jadinya, ah bodo amat dah. Aku juga tak tega jika sampai marsha melakukan hal itu jika hanya demi cinta tapi belum ada ikatan pernikahan pikirku.

-------

“djay.....”

Marsha membuyarkan lamunanku.”Itu saja kok yang ingin aku katakan padamu. oiya tadi katanya ada yg kamu omongin ke aku, apa?”

“Gak jadi, sha. Yang sabar ya, aku yakin itu keputusan yang baik buatmu.”

Seperti biasa dia hanya bisa tersenyum sehingga bola mata warna coklatnya semakin berbinar indah,”pasti, djay. Selama kamu menjadi teman dekatku aku yakin dapat melalui semuanya. Sekarang aku merasa benar2 bebas dan masih banyak hal yang lebih penting lainnya menunggu.”

“iya betul, sha. Bentar lagi kan kita lulus dari kampus ini dan kita mempunyai mimpi yang sama agar mendapatkan penempatan di kota yang sama, tak apa2 kantornya beda asal masih satu kota.”

“Iya..iyaaa..”

Kurasakan genggaman tangannya semakin erat. Aku tak tahu perasaan apa ini sebenarnya hanya saja aku melihat sosok kayla dalam dirinya.

Apakah ini makna dari “witing tresno jalaran soko kulino”?, who know’s.
By me

-hilang dalam kesendirian-

Pernah aku bertanya pada keheningan riak air. Untuk apa aku tetap bertahan di sini?. Seketika itu juga dia datang menghampiriku.

”Kamu berada di sini sebagai pelindung.”

“Pelindung? Melindungi apa? Janganlah engkau memberi jawaban dengan pertanyaan yang lain karena hidup sendiri bagiku penuh dengan tanya?”

“Banyak hal. Dan hanya kamu sendiri yang mengerti.”

Aku terdiam, dia menangkap sinar kebimbanganku.

“Manusia mempunyai banyak hal yang ingin dilindungi dalam hidupnya dan itulah alasan terbesar mereka dapat bertahan selama ini. Tapi pada akhirnya semua manusia mempunyai satu hal yang sama yang ingin ia jaga...”, aku mengalihkan pandangan dari riak air menatap tajam bola matanya untuk menunggu kata selanjutnya,”....hatimu...”, lanjutnya.

“Hatiku ??” Aku semakin bingung, dia mengangguk.

“Baiklah kalau begitu aku ingin bertanya satu hal sederhana. Menurutmu dimanakah letak hatimu berada?”

Hahh ?? pertanyaan yang aneh bagiku, semua orang tahu letak hati ada di dalam dada.

“Di sekitar sini, kay.” Dia tersenyum melihat ekspresiku.

“Mungkin.” Lalu dia meletakkan tangannya diantara aku dan dia.

“Menurutku hati terletak di sini.” Dia menunjuk tangannya,”Ketika kita bertemu pertama kali, djay. Sebuah ikatan telah lahir antara kita berdua. Hati tidak terletak di dalam tubuh akan tetapi di luar. Ketika kita membayangkan sesuatu atau peduli tentang seseorang, itulah masa dimana hati kita terlahir.

Jika kamu adalah orang satu2nya di dunia ini, maka kamu takkan pernah tahu apa itu hati karena kamu sendiri. Maka jangan pernah kuatir tentang untuk apa aku tetap bertahan di sini. Jika kamu berharap dengan seluruh hati yang telah kau lahirkan di kota ini untuk tetap disini maka hatimu akan selalu ada dan jika hatimu di sini, maka itu adalah alasan terbesar kamu berada di sisiku saat ini.”

Kemudian kayla mengajakku berjalan menyusuri sungai sambil menikmati hijaunya rumpun padi. Dia mulai berprosa melanjutkan kata.

“dengarlah, djay. dalam hidup ini ada satu hal yang jangan pernah sekalipun kamu lakukan. Jangan hilang dalam kesendirian. Tubuh adalah jiwa kita itu sendiri. Ketika kita hialng, tubuh kita akan berubah menjadi tanah, lalu kemanakah perginya hati? Kita mempercayakannya pada seseorang yang kita sayangi.”

“menitipkannya kepada orang lain?”

“jika kamu mempercayakan hatimu kepadanya, ia akan terus hidup di dalam hidup mereka. Jadi djay, jangan pernah kamu merasa sendirian untuk menjaga hatimu tetap hidup. Setidaknya dalam ingatanku, kekasih yang begitu menyayangimu.”

Kayla menutup prosa dengan sebuah senyuman yang menyempurnakan indah mentari pagi.
By me

-Rasa Cinta Pertamaku-

Kemarin ketika langit sore Jakarta berpendar kelabu, ingatanku kembali menyeruak menghunus senja yang mulai memudar.

Dulu.

Aku pernah mengalami puncak percintaan yang sudah berlangsung bertahun2 yang karena sensasi rasanya dapat membuatku setia tak sabar menunggu kedatangannya. Dan ketika dia hadir menyentuh kulit tubuh. Nadir cinta mulai berdenyut membakar jiwa.

Dia adalah hujan.

Hujan yang dengan romantisnya mengunjungi senja dan melulur garis tegas antara langit dan bumi. Butiran gerimis yang gugur membasahi tanah adalah ketulusan langit pada hijau daratan dan biru lautan.

Aku ingat rasa ini bermula sebagai rasa cinta diam2 lalu berkembang seiring dengan kerinduan hitam malam memeluk putih rembulan pagi. Rasa yang konon diciptakan bagi mereka yang sibuk tidur dan melamun.

Selalu aku kira gerimis adalah anugerah yang tak mengandung apa2 kecuali kebahagiaan, lebih tepatnya: Ekstase. Aku merasakannya saat menari dengannya menyusuri jalan kecil belakang rumah diiringi alunan lembut daun yang dipermainkan oleh semilir angin.

Sebagian besar kenanganku hadir bersama hujan atau dengan wujudnya yang lain: suara katak, ricik air kali, dan pelangi di atas jembatan kereta. Itu adalah kurun ketika aku masih asyik pada diriku sendiri, seperti kura-kura yang mengalami autisme akut.

Percintaan ini selalu aku bawa kemanapun aku pergi. Karena kesetiaan hujan akan selalu hadir dalam hidupku.

Lalu tibalah hari dimana aku sadar ternyata romantisme bercinta dengan hujan adalah pengalaman lumrah yang ditemui di semua tukang lamun. Tanyakan saja pada mereka apa arti hujan. Dan mereka dengan fasihnya memberikan puisi yang berlarat-larat. Akupun merasa diriku tercabik.

Sebentuk pengkhianatan dan ketidaksetiaan kekasih yang membagi-bagi cintanya ke-milyaran manusia lain seolah dia menertawaiku, tentu saja dari belakang.

Setelah puas menghujat seluruh hujan dan tak lupa mengacungkan jari tengahku ketika dia hadir mengunjungiku. Tiga tahun yang lalu di tengah pekatnya malam, akupun mulai menertawakan kenaifan diriku. Menyadari ketamakanku memonopoli kekasih yang bisa membahagiakan serempak begitu banyak manusia.

Yang pasti, sejak saat itu, tiap kali gerimis turun waktu serasa melambat dan rona jingga menjalar tumbuh di jutaan hati manusia.

Aku mulai bertanya untuk apa ini semua?

Mungkinkah agar kita kian menghargai kehidupan dan cinta kita pada sesama?

Atau mungkinkah sekedar pengingat bahwa kehidupan pun masih terus berlangsung?

Dan jika engkau lebih tahu, bolehkah aku bertanya padamu tentang arti hujan, kawan?
Re-Created by me

Lively in Everyday

Pernahkah kita merasa bahwa hidup ini kadang terasa menyedihkan? Membosankan? Memiriskan? Tidak adil? Atau malah sangat menyenangkan?

Bagiku itu hanyalah permainan dari perasaan kita saja. Bagaimana cara kita memandang dan menyikapi sesuatu hal yang terlintas dan terjadi dalam keseharian kita.

Coba berhenti sejenak dan pahamilah.

Pernahkan saat kau sebenarnya merasa biasa saja tapi karena lingkunganmu merasakan rasa yang beda, kau jadi ikut merasakannya. terbawa emosi arusnya.

Aku orang baik.

Aku ingin bisa berguna bagi orang lain, orang disekitarku.

Ingin menolong orang lain, berbagi rasa dengan mereka, memaknai arti kehadiranku disini. Apakah pernah terlintas dalam kalbumu, kawan?

Tidak ada yang namanya orang jahat, baik, jelek, cakap, pandai ataupun cacat

Tidak mungkin kita ada untuk kesia-siaan

Sekali lagi itu adalah permainan dari berkah tertinggi yang kita miliki

Masyarakat adalah keberagaman yang diisi oleh manusia

Tidak mungkin ada satupun yang identik

Kesemuanya saling mengisi dan berperan satu-sama lain

Ini bukan nasib ataupun takdir..

Ini hanyalah hidup

Saat kita diberi kebebasan untuk memilih

menikmati dan menyelami segala sesuatu yang nampak maupun abstrak.
By me

Jumat, 30 Juli 2010

Surat Seorang Bayi Perempuan untuk Mamanya

Untuk para sejenisku, jika kamu menjumpai tulisan ini, bacalah, dan jangan hamili seorang gadis. Untuk para gadis, jagalah hanya untuk suamimu kelak........

Mama Tersayang,

Saat ini aku ada di surga, duduk di pangkuan Allah. Allah sangatlah mengasihiku dan Ia turut menangis bersamaku. Ia menangisi hatiku yang telah dihancurkan. Sebelumnya aku amat diinginkan untuk menjadi seorang gadis kecil.

Aku tak begitu mengerti tentang apa yang telah terjadi. Aku dulu begitu senang saat aku mulai menyadari keberadaanku. Aku ada di dalam tempat yang gelap namun nyaman. Kupandangi jari tangan dan kakiku. Alangkah cantik diriku dalam masa perkembanganku, walaupun belum dekat masanya sampai tibanya saat aku telah siap meninggalkan lingkunganku itu.

Aku habiskan sebagian besar waktuku dengan tidur ataupun berfikir. Bahkan pada hari-hari terawal hidupku, aku merasakan hubungan istimewa antara aku dan Mama. Kadang aku mendengar Mama menangis. Kadang-kadang Mama berteriak atau menjerit, lalu menangis. Kudengar Papa balik berteriak, aku merasa sedih dan berharap bahwa Mama akan segera pulih. Aku berfikir, kenapa kiranya Mama sering menangis. Pernah hampir seharian Mama menangis. Aku turut sedih. Tak dapat kubayangkan kenapa Mama sesedih itu.

Pada hari yang sama, sesuatu yang mengerikan terjadi. Monster yang amat mengerikan memasuki tempat yang hangat dan menyenangkan tempat aku berada. Aku amat takut dan mulai berteriak, namun tak sekalipun engkau mencoba menolongku. Mungkin engkau tak pernah mendengarku. Monster itu dekat dan lebih dekat lagi, sedang aku berteriak dan berteriak lagi, "Mama, Mama ... tolonglah aku; Mama, tolong aku". Lengkaplah teror yang kualami. Aku berteriak dan berteriak hingga kupikir aku tak mampu lagi melakukannya. Lalu monster itu mengoyakkan lenganku. Amat sakit rasanya, nyerinya tak dapat kuterangkan. Teror itu tak berhenti. Oh, betapa aku memohon kepadanya untuk berhenti. Aku berteriak ngeri saat monster itu mengoyak lepas tungkaiku. Walaupun aku telah mengalami teror seperti itu, aku masih sekarat.

Kutahu aku takkan pernah memandang wajah Mama, atau mendengar Mama berkata kepadaku betapa Mama menyayangiku. Aku ingin melenyapkan semua air mata Mama. Kubuat banyak rencana untuk membuat Mama bahagia. Aku tak bisa; seluruh mimpiku telah buyar. Walau aku berada dalam nyeri dan kengerian yang hebat, di atas semuanya aku merasakan nyerinya hatiku yang hancur. Aku tak mengharapkan sesuatu selain menjadi anak Mama.

Tak ada gunanya lagi kini, aku telah mengalami kematian yang menyakitkan. Aku hanya dapat membayangkan hal-hal buruk yang telah mereka buat terhadap diri Mama. Aku ingin memberitahu Mama sebelum aku pergi bahwa aku mencintai Mama, namun aku tak tahu kata-kata apa yang Mama dapat mengerti.

Dan segera sesudahnya, aku tak lagi memiliki nafas untuk mengucapkannya; aku mati.

Aku merasakan kebangkitan diriku. Aku dihantar oleh malaikat memasuki tempat besar yang indah. Aku masih menangis, namun sakit fisik kini telah lenyap. Malaikat itu membawaku kepada Allah, lalu meletakkanku di pangkuanNya. Ia berkata bahwa Ia mencintaiku, maka aku gembira.

Aku menanyakan apakah kiranya yang telah membunuhku. Ia menjawab, "Aborsi. Aku menyesal, anakKu; sebab Aku tahu bagaimana rasanya." Aku tak tahu apa itu aborsi; kupikir itu adalah nama dari monster tadi.

Aku menulis untuk mengatakan aku mencintai Mama dan untuk memberitahu Mama betapa inginnya aku menjadi gadis kecil Mama. Aku telah berjuang keras untuk hidup. Aku ingin hidup. Aku punya kemauan itu, tapi aku tak sanggup; monster itu terlampau kuat. Monster itu telah menyedot lepas lengan dan tungkaiku, kemudian seluruh diriku. Tak mungkin untuk hidup. Aku ingin Mama tahu bahwa aku telah berjuang untuk tetap tinggal bersama Mama. Aku tak ingin mati.

Mama, tolong awasi pula si monster aborsi. Mama, aku sayang Mama. Dan aku juga tak suka Mama mengalami nyeri seperti yang telah kualami.

Tolong hati-hati.

Dengan Cinta, Bayi Perempuanmu
Not by me

Simple Rule to be happy

1. Free your heart from hatred.

2. Free your mind from worries.

3. Live simply.

4. Give more.

5. Expect less.

No one can go back and make a brand new start.

Anyone can start from now and make a brand new ending.

God didn't promise days without pain, laughter without sorrow, sun without rain, but He did promise strength for the day, comfort for the tears,and light for the way.

Disappointments are like road humps, they slow you down abit but you enjoy the smooth road afterwards. Don't stay on the humps too long. Move on!

When you feel down because you didn't get what you want, just sit tight and be happy, because God is thinking of something better to give you.

When something happens to you, good or bad, consider what it means There's a purpose to life's events, to teach you how to laugh more or not to cry too hard.

You can't make someone love you, all you can do is be someone who can be loved, the rest is up to the person to realise your worth.

The measure of love is when you love without measure.

In life there are very rare chances that you'll meet the person you love and loves you in return. So once you have it don't ever let go, the chance might never come your way again.

It's better to lose your pride to the one you love, than to lose the one you love because of pride.

We spend too much time looking for the right person to love or finding fault with those we already love, when instead we should be perfecting the love we give.

When you truly care for someone, you don't look for faults,you don'tlook for answers, you don't look for mistakes. Instead, you fight the mistakes, you accept the faults,and you overlook the excuses.

Never abandon an old friend.You will never find one who can take his place. Friendship is like wine, it gets better as it grows older.

-------------------------------------------------------------------------

  1. Bebaskan dirimu dari kebencian
  2. Bebaskan pikiranmu dari kesusahan.
  3. Hiduplah secara sederhana.
  4. Berilah lebih.
  5. Kurangilah harapan.

Tiada seorangpun yang bisa kembali dan mulai baru dariawal.

setiap orang dapat mulai saat ini dan melakukan akhir yang baru.

Tuhan tidak menjanjikan hari2 tanpa sakit, tertawa tanpa kesedihan, matahari tanpa hujan, tetapi Dia menjanjikan kekuatan untuk hari itu, kebahagiaan untuk air mata, dan terang dalam perjalanan.

Kekecewaan bagai "polisi tidur", ini akan memperlambatmu sedikit tetapi kau selanjutnya akan menikmati jalan rata. Jangan tinggal terlalu lama saat ada "polisi tidur".Berjalanlah terus.

Ketika kau kecewa karena tidak memperoleh apa yang kau kehendaki,terimalah dan bergembiralah, karena Tuhan sedang memikirkan sesuatu yang lebih baik untuk dirimu,

Saat terjadi sesuatu padamu, baik atau buruk, pertimbangkanlah artinya Ada suatu maksud untuk setiap kejadian dalam kehidupan, mengajarmu bagaimana lebih seringkali tertawa atau tidak terlalu keras menangis.

Kau tidak dapat memaksa seseorang mencintaimu, apa yang dapat kau perbuat hanyalah membiarkan dirimu untuk dicintai, selebihnya ada pada orang itu untuk menilai dirimu.

Ukuran cinta adalah saat kau mencintai tanpa batas. Dalam kehidupan jarang akan kautemui seseorang yang kaucintai dan orang itu mencintaimu juga.

Jadi sekali kau memperoleh cinta jangan lepaskan, ada kemungkinan cinta itu tidak datang kembali.

Lebih baik kehilangan harga dirimu kepada orang yang mencintaimu, daripada kehilangan orang yang kaucintai karena harga dirimu.

Kita terlalu mem-buang2 waktu untuk men-cari2 orang yang sesuai untuk dicintai atau melihat kesalahan2 pada orang yang telah kita cintai, dari pada malah seharusnya kita menyempurnakan cinta yang kita berikan.

Jika kau sungguh2 senang pada seseorang, janganlah kau men-cari2 kekurangan2nya, kau jangan men-cari2 alasan, kau jangan men-cari2 kesalahan2nya. Malahan, kau atasi kesalahan2 itu, kau terima kekurangan2 itu dan jangan kau hiraukan alasan2 itu

Jangan pernah meninggalkan rekan lama. Kau tidak akan pernah mendapat penggantinya. Persahabatan adalah bagai anggur, tambah lama akan tambah baik.

Not by me