Pada mulanya, manusia hadir di bumi dalam kesendirian sehingga keadaanlah yang sebenarnya membuat ia terpencil. Maka kemudian, karena manusia sebagai makhluk maka ia membutuhkan berbagai macam relasi.
Dan makna terpenting dalam pencarian relasi tersebut adalah sesuatu yang kita sebut dengan CINTA yaitu perwujudan perasaan yang timbul dari kegelisahan akan keterpisahan atau keterpencilan kembali seperti awal kodrat manusia.
bagi manusia dewasa, cinta merupakan perwujudan penyatuan essensial, yang memberi kemungkinan manusia menumukan dirinya yang lain dalam diri orang lain. dalam pencarian tersebut individualitas dari masing-masing makhluk saling terjaga. penyatuan tanpa peleburan, dimana sesungguhnya bukan situasi saling memiliki yang terjadi, tetapi keberadaan yang sejajar di antara keduanya. atau lebih sederhananya pengakuan atas keberadaan kedua makhluk tersebut.
Dalam relasi yang terbentuk karena cinta, kehampaan dan kesendirian terjadi bukan karena lenyapnya makhluk yang dianggap sebagai perwujudan objek cinta. tetapi karena tidak adanya pengakuan atas keberadaan yang sejajar di antara keduanya. Seperti saat kita menyatakan telah "jatuh cinta". Sejatinya cinta tidak pernah jatuh, sebab cinta yang jatuh memiliki kecenderungan yang destruktif karena dia akan membutakan nalar dan menghambakan diri pada nafsu "jatuh cinta" itu sendiri.
Cinta adalah standing In (bertahan di dalam). Dan karena cinta adalah tindakan, maka pertama-tama cinta adalah memberi, dalam artian yang produktif. Maka cinta yang hampa adalah cinta yang hanya memberi tanpa menerima. Sementara itu, cinta yang bermakna memiliki, maka yang terjadi adalah semacam kepemilikan yang pasif.yang pada akhirnya akan membuat cinta tak berbalas, dan penderitaan atas cinta pun terjadi dalam diri manusia tersebut dan akhirnya membuat dirinya kembali ke dalam kehampaan. Karena pada dasarnya manusia yang memiliki pada dasarnya dimiliki oleh nafsunya itu sendiri dan hal itu hanya akan menjadi objek dari penderitaannya.
Sedangkan apabila cinta dimaknai secara benar, maka yang akan terwujud adalah sebuah keteguhan diri. Ia akan tetap menjadi dirinya sendiri, bukan satu pribadi yang sepi. Walaupun derita masih ada. ia akan menjadi subyek yang aktif, sadar dan berproses. Sesuatu yang terus "menjadi", kata Erich Fromm.
Seperti yang telah disebut diawal bahwa ketika kehampaan cinta antar manusia tetap terjadi, seseorang mengalami apa yang disebut dengan "kembali pada asal". Awal dari kesunyian manusia di dunia. sehingga dia akan mulai terdesak untuk mencari relasi cinta yang baru karena dia telah merasakan apa yang disebut sebagai "cinta pertama". pada titik ini, cinta dapat menjadi sebuah aksi pencarian yang berkesinambungan.
Inilah inti dari pencarian keberadaan manusia dalam dunia. mencari siapakah diri dia itu sebenarnya lewat cinta. karena itu betapapun hampanya cinta itu, ia akan terus membuat manusia bersikap produktif. produktif dalam artian mencari dan memproduksi cinta yang mampu mengatasi kesendiriannya sebagai manusia.
mulai dari sinilah, Kierkegaard muncul. Dia menawarkan satu relasi lain yang khas yang menurut penulis sebuah relasi sejati yang takkan pernah terputus.Yaitu: relasi manusia dengan Tuhannya.
Bagi Kierkegaard, hubungan manusia dengan Tuhanlah yang sejatinya dibutuhkan, bahkan tak terelakkan. karena menurut penulis hal tersebut timbul dari pertanyaan "Siapakah pencipta awal manusia dari kesendiriannya?".
Dalam hubungan manusia-Tuhannya, manusia senantiasa menemukan dirinya sebagai subyek. Subyek yang aktif. Aktif dalam menyempurnakan cinta, menyempurnakan dirinya. Mungkin inilah makna terdalam dari hubungan cinta pada satu hal yang "Maha Sempurna": memberi peluang terbaik bagi manusia mewujudkan semua kesempurnaan.
Akan tetapi, menariknya sebagai makhluk yang unik manusia juga adalah makhluk yang kompleks. makhluk dengan dimensi sosial, biologis, dan spiritual sekaligus. Yang dengan ketiga dimensi tersebut ia mencari cintanya sendiri-sendiri. Sebuah pencarian kompleks yang tak terhindarkan akan membuat manusia selalu dalam gejolak. karena ketiga dimensi tersebut memberikan kepingan kebahagian yang berbeda-beda dan dapat membuat manusia berada dalam euforia ekstase dunia.
Keadaan itu pulalah yang membuat hidup dan-manusia itu sendiri- senantiasa menjadi fenomena yang menarik. pencarian cinta, yang terkadang bergerak diantara satu kehampaan ke kehampaan yang lainnya, membuat manusia seharusnya kian matang, kian dewasa. kian mampu, bukan hanya memaknai, tetapi juga mengatasi kehampaannya itu.
Yang menjadi menarik saat ini adalah ketiga dimensi yang dimiliki oleh manusia itu. karena pencarian cinta atas ketiga dimensi tersebut memiliki dimensi kebahagiaan yang berbeda yaitu cinta atas dimensi sosial membuahkan pengakuan atas eksistensi manusia di dunia ini. cinta atas dimensi biologis memberikan kepuasan secara seksual yang dapat diartikan sebagai setetes nikmat surga yang jatuh di dunia dan juga cinta atas dimensi spiritual mendekatkan diri pada Sang Penciptanya pada taraf ketaqwaan yang sejati.
Terkadang pencarian cinta atas ketiga dimensi itu terkadang tidak dapat disatukan dalam satu pencarian. dimensi-dimensi tersebut mempunyai jalannya tersendiri yang terkadang dapat melupakan manusia sehingga hanya memfokuskan diri pada satu dimensi pencarian cinta.
Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah mampukah manusia untuk menyeimbangkan pencarian atas ketiga cinta tersebut dan tidak jatuh terjerembab dalam salah satu dimensi.
Re-created by me
Tidak ada komentar:
Posting Komentar